HIKMAH JUMAT : Hidup Adalah Perlombaan
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
HARI TERUS berganti, waktu pun terus berlalu. Tanpa kita sadari, hidup kita di dunia pun semakin mendekati garis finish. Namun, begitu sayangnya Allah kepada kita, letak dan waktu mencapai garis finish tersebut hanya Allah yang mengetahuinya.
Agar sisa usia kita bermakna, maka manfaatkanlah waktu yang masih Allah berikan ini dengan sebaik-baiknya. Hidup yang kita jalani di dunia bukanlah sekadar perjalanan tanpa arah, melainkan sebuah perlombaan menuju kebaikan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk berlomba, meskipun titik awal, kondisi, serta kemampuannya berbeda-beda. Islam menekankan pentingnya memanfaatkan waktu, potensi, dan kesempatan untuk meraih kemenangan hakiki, yakni keselamatan di akhirat.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 148, Allah berfirman: “Maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.” Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan adalah arena perlombaan untuk mengejar kebaikan yang mendatangkan pahala abadi, bukan untuk mengejar kesenangan dunia semata.
Dalam sebuah perlombaan, maka ada aturan, tujuan, dan hadiahnya. Demikian pula dengan hidup manusia, tentu ada aturan yang harus ditaati, tujuan yang harus dicapai, dan hadiah bagi orang-orang yang berhasil alias juaranya.
Aturan dalam hidup manusia adalah syariat Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan sunnah Baginda Rasulullah SAW. Adapun tujuannya adalah meraih keridhaan Allah dan keselamatan di dunia dan akhirat, sedangkan hadiah terbesarnya adalah surga yang penuh dengan kenikmatan.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas adalah yang menundukkan dirinya (untuk taat kepada Allah) dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini mengingatkan bahwa juara sejati dalam perlombaan hidup adalah mereka yang mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian, bukan mereka yang terlena dengan angan-angan kosong. Dengan kata lain, juara sejati adalah mereka yang selalu mengingat kematian.
Oleh karena itu, dalam Islam tidak berlaku guyonan muda hura-hura, tua kaya raya, dan mati masuk surga. Karena surga adalah hadiah bagi sang juara, dan tidak mungkin menjadi sang juara jika tidak ada kesungguhan serta perjuangan untuk meraihnya.

Editor : Syahrir Rasyid