Sang sahabat dengan pasrah tanpa perlawanan dan pembelaan sedikit pun, menerima keputusan sang raja yang memasukkannya ke dalam penjara. Dia sepertinya sudah menduga risiko dari nasihat yang ia sampaikan kepada sang raja.
“Rasakan, ini semua akibat dari ucapan kamu yang sembarangan itu!” kata sang raja.
Sang penasihat pun menjawab: “In syaa Allah ini terbaik yang Allah berikan untukku.”
“Kamu masih mengatakan dipenjara sebagai sesuatu yang terbaik dari Allah?”, tanya sang raja.
“Ya, betul.”, jawab sang penasihat singkat.
Raja pun pergi meninggalkan sahabatnya itu di penjara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabat sekaligus penasihatnya itu.
Bulan berganti bulan, sang penasihat ada di dalam penjara dan jari sang raja pun sudah sembuh. Sang raja rindu untuk kembali berburu ke hutan belantara. Akhirnya dia mengajak kembali pengawal pribadi dan penasihat barunya untuk berburu.
Kali ini sang raja mengajak berburu ke hutan belantara yang belum pernah dia datangi sebelumnya. Tidak ada satu pun orang yang bersama sang raja yang telah mengenal seluk beluk hutan tersebut.
Akhirnya mereka pun tersesat di dalam hutan dan bertemu dengan penduduk hutan tersebut yang tengah mencari mangsa untuk dijadikan tumbal. Sang raja dan seluruh pengawal serta penasihat barunya pun ditangkap oleh penduduk hutan tersebut untuk dijadikan tumbal.
Raja dan seluruh rombongannya satu per satu diperiksa seluruh bagian tubuhnya. Tibalah giliran sang raja yang diperiksa. Sang raja diperiksa dengan cermat oleh penduduk hutan dan akhirnya sang rajapun dilepaskan.
Rupanya penduduk hutan tidak mau memberikan tumbal manusia yang memiliki cacat di bagian tubuhnya. Sang raja pun langsung berlari terbirit-birit berusaha sekuat tenaga keluar dari dalam hutan belantara sendirian.
Sang rajapun akhirnya berhasil keluar dari hutan belantara dan tiba di istananya dengan selamat. Sesaat dia merenung dan memikirkan peristiwa yang menimpa diri dan rombongannya. Tiba-tiba dia teringat akan sahabat lamanya yang kini ada di dalam penjara kerajaan.
Editor : Syahrir Rasyid