get app
inews
Aa Text
Read Next : Ini Fungsi Fitur IEP dan IEV pada Sistem Perdagangan Bursa yang Diluncurkan BEI

Sentimen The Fed Bakal Hantui Bursa Saham RI, IHSG Berpotensi Alami Tekanan Sepekan?  

Senin, 13 Juni 2022 | 10:24 WIB
header img
IHSG Anjlok, Sentimen The Fed Bakal Hantui Bursa Saham RI Sepekan? (Foto: MNC Media)

JAKARTA, iNewsSerpong.id – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami tekanan. Setelah melemah 1,34% pekan lalu, diprediksi tekanan terhadap IHSG masih akan berlanjut, indikasinya terlihat  pada awal perdagangan hari ini, Senin (13/6/2022).

Salah satu katalis pelemahan IHSG dipengaruhi dari sisi eksternal, dimana bursa saham global di tengah penantian kabar dari bank sentral AS (The Fed) turut mendorong IHSG melorot pagi ini.

Menurut data Bursa Efek  Indonesia (BEI), pukul 09.20 WIB, IHSG merosot 1,66% ke 6.974,84, meninggalkan level psikologis 7.000.

Nilai transaksi mencapai Rp3,78 triliun dengan volume perdagangan 6,76 miliar saham. Kendati IHSG melemah, asing masih menumpuk dana dengan total pembelian bersih (net buy) Rp190,07 miliar di pasar reguler.

Ads b

Anjloknya sejumlah saham utama (big cap), terutama perbankan, membuat IHSG terjungkal di awal pekan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), misalnya, turun 2,05%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melemah 2,14%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terkoreksi 1,81%.

Bursa Asia juga ‘terbakar’, dengan indeks Nikkei 225 (Tokyo) merosot 2,72%, Hang Seng (Shanghai) turun 2,76%, Strait Times (Singapura) tergerus 0,78%.

Pada perdagangan Jumat, bursa saham AS Wall Street kompak merosot. Dow Jones ambles 2,73%, S&P 500 turun 2,91%, dan Nasdaq terjungkal 3,52%.

Lantas, apa saja sentimen yang bakal mempengaruhi gerak IHSG sepekan ini?

Pertama, soal melemahnya Wall Street akan menjadi sentimen negatif, setidaknya, dalam jangka pendek untuk IHSG sebagaimana terlihat pada hari ini.

Wall Street turun tajam pada Jumat lalu seiring data inflasi AS yang ditunggu-tunggu menunjukkan kenaikan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Indeks harga konsumen AS per Mei menyentuh level tertinggi sejak 1981, naik 8,6% secara tahunan (yoy) dan 6% apabila mengeluarkan harga makanan dan energi. Sebagaimana dilansir CNBC International, ekonom yang disurvei Dow Jones sebelumnya memproyeksikan kenaikan inflasi sebesar 8,3% untuk indeks utama dan 5,9% untuk inflasi inti.

Inflasi yang meninggi membuat pasar khawatir akan adanya potensi resesi untuk ekonomi AS.

Ini beralih ke sentimen kedua, soal rapat bulanan The Fed untuk membahas, salah satunya, kenaikan suku bunga pada Kamis minggu ini (16/6) pukul 01.00 WIB. Melansir Tradingeconomics, ekonom memproyeksikan Jerome Powell cs akan menaikan suku bunga menjadi 1,50% dari sebelumnya 1,00%.

Langkah agresif The Fed tersebut untuk menekan akan inflasi yang kadung meninggi. Suku bunga yang tinggi bisa menjadi penekan profitabilitas untuk perusahaan dan pada gilirannya turut menurunkan ekspektasi terhadap harga suatu saham.

Masih memanasnya inflasi AS turut membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS alias US Treasury ikut naik. Menurut data CNBC International, yield treasury tenor 10 tahun merangkak ke 3,197%, level tertinggi setidaknya sejak 2018 silam.

Imbal hasil yang tinggi bisa membuat investor masuk ke pasar obligasi AS dan apabila tingginya yield terus bertahan lama, itu bisa membuat investor asing keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.

Hanya saja kabar baiknya, dana asing masih mau ‘parkir’ di pasar modal RI. Sepekan terakhir, misalnya, investor asing melakukan beli bersih Rp394,68 miliar di pasar reguler. Sementara, sejak awal tahun (ytd), asing sudah melakukan pembelian bersih Rp59,04 triliun.

Masuknya dana asing juga terjadi seiring IHSG masih menguat 5,85% setahun, terbaik di kawasan Asia-Pasifik.

Ketiga, dari sisi domestik, musim pembagian dividen yang masih berlangsung turut menjadi perhatian investor saham Tanah Air. Setidaknya ada 18 emiten dengan cum date (tanggal terakhir investor berhak mendapatkan dividen) sepanjang pekan ini.

Keempat, pada Rabu (15/6), Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca dagang RI per Mei 2022. Proyeksi ekonom yang dihimpun Tradingeconomics menyebut, neraca dagang RI akan mencapai USD5,3 miliar, atau lebih rendah tinimbang posisi bulan sebelumnya yang  senilai USD7,56 miliar.(*)

 

Editor : A.R Bacho

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut