JAKARTA, iNewsSerpong.id - Malaysia akan menggelar Pemilihan Umum (Pemilu) Raya ke-15 pada 19 November mendatang. Dipercepat dari seharusnya tahun depan terkait gonjang ganjing politik di internal koalisi pemerintah.
Setelah pemilu tentunya akan ada perubahan pemerintahan, bahkan besar kemungkinan pergantian kepemimpinan.
Strategi Persaingan Politik
Perdana menteri saat ini Ismail Sabri Yaakob masih akan disokong koalisi, namun jalannya tak akan mudah mengingat pesaing politik menyiapkan strategi untuk merebut mayoritas kursi parlemen Majelis Rakyat.
“Suara Rakyat Malaysia Menuju PRU15” mengungkap beberapa sosok politisi yang dipilih responden untuk memimpin pemerintahan Malaysia.
Survei dilakukan 02 oleh Research Malaysia serta dua lembaga survei, Huayan Policy Institute dan Ilham Center, juga bekerja sama dengan Media in Arms, aliansi lima organisasi media besar.
Siapa-siapa saja politisi Malaysia yang berpeluang menjadi PM :
1. Ismail Sabri Yaakob
Ismail Sabri Yaakob sang petahana berpeluang besar mempertahankan jabatannya. Sebelum ini dia diangkat menjadi PM bukan melalui pemilu karena menggantikan pendahulunya, Muhyiddin Yassin, yang mengundurkan diri.
Ismail Sabri Yaakob. (Foto : Ist)
Hasil survei terhadap pendukung koalisi Barisan Nasional menempatkannya di uturan pertama, disusul Wakil Presiden UMNO Mohamad Hassan dan mantan PM Najib Razak yang kini dipenjara.
Masih berdasarkan hasil survei, bahkan para pendukung Perikatan Nasional, koalisi yang dipimpin mantan PM Muhyiddin Yassin, turut mendukung Ismail.
Mantan Menteri Pertahanan Malaysia itu memutuskan untuk membubarkan parlemen bulan lalu yang membuka jalan bagi digelarnya pemilu. Dia mengambil keputusan itu setelah berkonsultasi dengan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah terkait konfkik internal koalisi.
2. Anwar Ibrahim
Politikus senior ini sudah ditetapkan sebagai calon PM dari koalisi Pakatan Harapan dalam pemilu tahun ini. Ketua Partai Keadilan rakyat (PKR) itu seharusnya sudah menjadi PM setelah koalisi Pakatan Harapan memenangkan pemilu ke-14 pada 2018.
Anwar Ibrahim. (Foto : Ist)
Saat itu koalisi mengangkat Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri, namun dengan perjanjian setelah itu dia akan memberikan kekuasaan ke Anwar. Namun di tengah jalan Mahathir mengundurkan diri yang membuat kacau peralihan kekuasaan.
Dalam beberapa kesempatan Mahathir menilai Anwar tak cocok untuk menjadi PM Malaysia karena dukungan dari orang Melayu kepadanya kurang. Ini terlihat dari hasil pemilu-pemilu sebelumnya di mana PKR tak bisa meraih suara besar.
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait