JAKARTA, iNewsSerpong.id - Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) dibuka hari ini, Rabu (22/12/2021). Nahdlatul Ulama yang artinya kebangkitan ulama, merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia yang memiliki sejarah panjang.
Berdirinya NU tidak bisa dilepaskan dengan upaya mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ (keputusan-keputusan para ulama sebelumnya), dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits).
NU didirikan di Surabaya, Jawa Timur pada 31 Januari 1926 M bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriah oleh sekelompok ulama yang merupakan kepentingan Islam tradisional, terutama sistem kehidupan pesantren.
“Lahirnya Jami’iyyah NU didahului dengan beberapa peristiwa penting. Pertama adalah berdirinya grup diskusi di Surabaya pada tahun 1914 dengan nama Taswirul Afkar yang dipimpin KH Wahab Hasbullah dan KH Mas Mansyur,” kata Bibit Suprapto dalam buku ‘Nahdlatul Ulama: Eksistensi Peran dan Prospeknya’, dikutip Rabu (22/12/2021).
Menurut Masykur Hasyim dalam tulisan ‘Merakit Negeri Berserakan’, NU lahir sebagai reprensentatif dari ulama tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlus sunnah waljamaah. Tokoh-tokoh yang ikut berperan di antaranya KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan para ulama pada masa itu.
Sejarah berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. Pada tahun 1924 di Arab Saudi, sedang terjadi arus pembaharuan. Oleh Syarif Husein, Raja Hijaz (Makkah) yang berpaham Sunni ditaklukan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait