Libur Lebaran Terdongkraknya Ekonomi Sektor Parekraf, Pungli di Lokasi Wisata Harus Ditangani Serius
JAKARTA, iNewsSerpong.id - Momen Idul Fitri 1444 Hijriah dan libur Lebaran 2023 menjadi momentum perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dan dapat menembus Rp100-150 triliun.
Wakil Ketua Asosiasi Pariwisata Nasional (Asparnas) Harry Tjahaja Purnama pun sependapat dengan prediksi tersebut.
Sebelumnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno memprediksi, perputaran ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif pada momen mudik dan libur Lebaran 2023 bakal menembus Rp 100-150 triliun.
Angka itu meningkat nyaris dua kali lipat dari libur Lebaran 2022. Pemerintah enargetkan 25 persen, atau 300-350 juta pergerakan dari target 1,4 miliar mobilitas wisatawan 2023 akan tercapai.
“Perputaran ekonomi sektor pariwisata ditunjang oleh permintaan untuk perjalanan, tiket pesawat, trasportasi umum, akomodasi, restoran, tempat rekreasi sampai ke pusat pembelanjaan oleh-oleh, dan lain sebagainya,” kata Harry.
Ia menyebutkan, dari data yg disampaikan oleh Menparekraf, perputaran dana akan mencapai Rp100 triliun hingga 150 trilliun. Menurutnya, diperkirakan hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya karena mengingat saat ini sudah hampir tidak ada batasan untuk transportasi dan penerbangan pasca Covid-19 seperti tahun sebelumnya.
Oleh karena itu, Harry merinci lebih lengkap terkait strategi, terutama bagi pelaku usaha yang bergerak di industri parekraf dalam memanfaatkan momen libur lebaran ini. Serta bagaimana memberikan pengalaman yang baik bagi wisatawan.
“Pertama, dari pemerintahan terlebih dahulu. Masih banyak pungli dan menangani emergency dan lain-lain dengan kepadatan pengunjung luar bisa. Saya menyarankan kepada pemerintahkan pusat, yaitu kementerian, untuk merilis SOP atau blue print pengelolaan tempat-tempat rekreasi yang benar dan sehat. Selain itu menghindari pungli dan penanganan kesehatan hingga mengajarkan ke masyarakat bagaimana membuang sampah,” jelasnya.
Kemudian, untuk pemerintahan daerah, Harry juga mengimbau agar dapat mendata sehingga daerah-daerah wisata yang dikunjungi ikut merata. “Jangan membuat event-event di daerah pantai atau tempat rekreasi yang sudah sangat ramai. Tapi, disarankan untuk membuat event-event ke tempat rekreasi yang lebih sepi pengunjung.
Bagaimana dengan pelaku pariwisata?
“Saya rasa sudah jelas, setiap tahun selalu ada kenaikan harga tiket hingga akomodasi. Namun, yang harus ditekankan adalah pariwisata menjual pengalaman. Sebisa mungkin, para pelaku pariwisata menyediakan service yang memuaskan, pengalaman berkunjung maupun penginap atau belanja yang menyenangkan sehingga nanti bisa menjadi repeat-customers, baik jangka pendek maupun jangka panjang,” bebernya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait