Senantiasa Menjaga Semangat Berjamaah
Ramadhan mengajarkan semangat berjamaah dalam melakukan berbagai amal shalih. Berjamaah merupakan implementasi nyata kebersamaan dan persatuan umat Islam. Shalat wajib, shalat tarawih, hingga zakat fitrah adalah contoh diklat berjamaah yang dibiasakan selama bulan suci Ramadhan.
Sebagai makhluk sosial, maka manusia pasti membutuhkan orang lain. Seorang yang lulus dari diklat Ramadhan memiliki kesadaran akan heterogenitas hidup bersosial. Prinsip hidup dan perjuangannya adalah bersatu dalam aqidah, berjamaah dalam ibadah, dan bertoleransi dalam khilafiyah.
Semangat berjamaah dalam segala hal serta saling mendukung dan menguatkan dalam kebaikan, akan mengundang datangnya cinta Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Surat As-Shaff [61] ayat 4, Allah SWT berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
Berhati-hati dalam Setiap Tindakan
Orang yang lulus dari diklat Ramadhan disebut orang yang bertakwa. Terkait dengan takwa ini, ada sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Umar bin Khatab RA yang bertanya kepada Ubay bin Ka’ab RA. Umar bertanya: “Wahai Ubay, apa makna takwa?”
Ubay yang ditanya justru balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau berjalan melewati jalan yang penuh duri?”
“Tentu saja pernah.” jawab Umar.
“Apa yang engkau lakukan saat itu wahai Umar?” lanjut Ubay bertanya.
“Tentu saja aku akan berjalan berhati-hati.” jawab Umar.
“Itulah hakikat takwa.” jelas Ubay.
Begitulah sikap orang yang bertakwa. Dia akan berjalan dengan hati-hati agar tidak menginjak duri-duri dalam hidup dan kehidupannya. Duri-duri itu adalah berupa larangan dari Allah SWT dan Baginda Rasulullah SAW.
Istiqamah dalam jalan takwa seperti yang diuraikan di atas adalah pilihan yang harus dilakukan pasca Ramadhan ini. Hati yang diliputi oleh takwa akan mampu menjadi filter yang efektif dalam menyaring zat-zat buruk yang akan merusak keimanan seseorang.
Dengan demikian maka sejatinya keberhasilan Ramadhan bukan terletak dari banyaknya ibadah atau amal shalih yang dilakukan selama Ramadhan. Keberhasilan Ramadhan dapat dilihat dari sikap istiqamah pasca Ramadhan sebagai bentuk usaha seorang hamba untuk terus meningkatkan kualitas takwanya, mulai bulan Syawal hingga datangnya Ramadhan tahun depan.
Semoga Allah SWT, dzat yang Maha Membolak-balikan hati, senantiasa menetapkan hati kita untuk tetap condong dalam ketaatan kepada agama-Nya. Istiqamah dalam kebaikan dan memberikan kesempatan kepada kita untuk kembali berjumpa dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait