HIKMAH JUMAT : Menjaga Kalimat Tauhid Hingga Ajal Tiba

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si.
Upaya terbaik bagi seorang mukmin dalam menjalani hidup dengan memperbanyak membaca kalimat tauhid dan mengingat kematian. (Foto : Ist)

Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. - Dosen Universitas Buddhi Dharma & Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina

“Orang kaya mati;

Orang miskin mati;

Raja-raja mati;

Rakyat biasa mati”.

DEMIKIAN penggalan lirik lagu karya Ustadz Derry Sulaiman yang dirilis pada 2014 oleh grup vokal Medina. Pesan dari lagu tersebut adalah mengingatkan kepada seluruh manusia bahwa tidak ada satu pun di antara manusia, siapa pun itu, yang akan hidup kekal abadi selama-lamanya.

Kematian seorang manusia adalah sebuah kepastian yang dirahasiakan oleh Allah SWT. Rahasia kematian itu meliputi waktu, tempat dan cara kematian seseorang. Tidak ada satu pun di antara manusia yang dapat memilih kapan, dimana dan dengan cara apa dia mengalami proses kematian.

Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah tiba waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun [63]: 11).

Sejatinya setiap pergantian detik demi detik, setiap tarikan dan hembusan nafas atau setiap detak jantung seseorang adalah sebuah langkah pasti menuju batas akhir dari perjalanan hidupnya. Tidak seorang pun yang dapat melakukan negosiasi untuk menunda atau memajukan batas waktu ajalnya.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Tiap-tiap umat memiliki batas waktu. Maka ketika waktu itu telah tiba, mereka tidak dapat memundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-A'raf [7]: 34).

Oleh karena itu, upaya yang paling baik bagi seorang mukmin dalam menjalani hidup ini adalah dengan memperbanyak mengingat kematian. Hal ini ditegaskan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian.” (HR. Tirmidzi).

Terkait dengan kematian, Syaikh Ibnu Utsaimin pernah memberikan nasihat yang sangat luar biasa. Beliau berkata: “Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati).


Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)

 

Terkadang manusia duduk di atas kursi kerjanya dan tidak bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati).

Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaik-baiknya kesempatan umur, dengan tobat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertobat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan.”

Allah SWT mengingatkan kepada seluruh orang yang beriman agar mati dalam kondisi yang terbaik, yaitu mati dalam keadaan beragama Islam. Dalam surat Ali Imran [3] ayat 102, Allah SWT berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan bahwa orang beriman wajib memelihara Islam di dalam dirinya pada saat sehat dan sejahtera agar pada saat kematian datang, mati dalam keadaan beragama Islam.

Masih menurut Imam Ibnu Katsir bahwa barangsiapa yang hidup menjalani suatu hal, maka dia pasti mati dalam keadaan berpegang kepada hal tersebut, dan barangsiapa yang mati dalam keadaan berpegang kepada suatu hal, maka kelak dia dibangkitkan dalam keadaan tersebut.

Untuk itu, setiap orang yang beriman hendaknya menjaga dengan sungguh-sungguh satu kalimat yang jika ditimbang beratnya lebih berat daripada langit yang tujuh dan seluruh isinya kecuali Allah, ditambah lagi dengan bumi yang tujuh. Dia adalah kalimat tauhid, yaitu laa ilaaha illallaah (tiada Illah / Tuhan kecuali Allah).

Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa yang artinya: “Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu sisi timbangan dan kalimat laa ilaaha illallaah diletakkan pada sisi lain timbangan, niscaya kalimat laa ilaaha illallaah lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu Hiban dan Al-Hakim).

Kalimat laa ilaaha illallaah adalah adalah kunci kebahagiaan abadi bagi seorang manusia yang sedang mengalami sakaratul maut. Oleh karenanya Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang hamba mengucapkan laa ilaaha illallaah kemudian dia meninggal dunia di atas ucapan itu, kecuali pasti masuk surga.” (HR. Bukhari).

Kalimat ini harus kita jaga dengan cara senantiasa melafalkan atau menjadikannya sebagai ucapan dalam setiap dzikir kita. Isilah hati dan pikiran kita dengan kalimat laa ilaaha illallaah, agar ketika ajal datang, bolehlah kita berharap, lisan kita menjadi mudah untuk mengucapkannya.


Meninggal dengan mengucapkan kalimat tauhid adalah harapan semua orang yang beriman. (Foto : Ist)

 

Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Ibnu Katsir di atas, bahwa jika kita terbiasa berdzikir kalimat laa ilaaha illallaah dalam berbagai kesempatan, maka kita pun berpeluang untuk meninggal dalam kondisi husnul khatimah dengan mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah.

Meninggal dengan mengucapkan kalimat tauhid adalah harapan semua orang yang beriman. Kalimat tauhid adalah kunci surga sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW yang artinya: “Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaaha illallaah, maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim).

Tulus ikhlaslah dalam mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah, maka kita akan menjadi orang yang paling bahagia saat menerima syafa’at di hari kiamat. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallaah dengan tulus ikhlas dari hatinya.” (HR. Bukhari dan Ahmad).  

Mari kita renungkan sabda Baginda Rasulullah SAW berikut ini: “Sesungguhnya ada seseorang yang beramal dengan amalan penghuni surga dalam jangka waktu yang sangat panjang, kemudian ia menutup akhir hayatnya dengan amalan penghuni neraka. Dan sesungguhnya ada seseorang yang beramal dengan amalan penduduk neraka dalam jangka waktu yang sangat panjang, kemudian ia menutup akhir hayatnya dengan amalan penduduk surga.” (HR. Muslim).

Sementara itu, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim juga, Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang akan dibangkitkan sesuai dengan kematiannya.” Maksud hadits tersebut menurut Imam al-Hafizh Zainuddin Abdurrauf al-Munaawy adalah seseorang akan meninggal sesuai dengan kebiasaannya dan akan dibangkitkan sesuai itu pula.

Oleh karena itu, jangan pernah merasa lelah untuk terus melakukan segala bentuk kebaikan, khususnya dalam menjaga kalimat tauhid hingga waktunya ajal tiba. Istiqamahlah dalam beramal dan tingkatkan terus kualitas maupun kuantitasnya. Istiqamah itu memang berat, karena yang ringan itu adalah istirahat. (*)


Jangan pernah merasa lelah untuk terus melakukan segala bentuk kebaikan, khususnya dalam menjaga kalimat tauhid hingga waktunya ajal tiba. (Foto : Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

          

Editor : Syahrir Rasyid

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network