Bang Salman sadar bahwa memang lampu delmannya belum dipasang. Sebelum dia berbuat apa-apa, tiba-tiba penumpangnya nyeletuk, “Sudah, kok!” Ketika mendengar ucapan penumpangnya itu, Bang Salman dua kali kaget. Baca juga: Asal Usul Grogol Jakbar, Dulunya Tempat Bermukim Binatang Buas Pertama, ketika ia menoleh ke belakang ternyata penumpangnya bukan nenek-nenek tua, melainkan perempuan muda dan cantik.
Kedua, ia tidak merasa menyalakan lampu delmannya tetapi sudah menyala sendiri. Pak polisi pun tidak berbuat apa-apa lagi setelah melihat lampu delman menyala. Ia pun memerintahkan agar delman itu terus berjalan. Hati dan perasaan Bang Salman menjadi sangat tidak enak dengan kejadian nenek-nenek menjadi perempuan cantik dan lampu yang belum dipasang tiba-tiba telah menyala.
Belum jauh dari Bivak perasaannya bertambah tidak enak karena tiba-tiba lampu delmannya tidak menyala lagi. Dalam keadaan seperti itu ia menoleh kepada penumpang dan si penumpang tersenyum. Bang Salman pun bertanya memecah kesunyian, “Mau turun di mana, Neng?” Secara tidak sadar, Bang Salman mengucapkan kata “Neng” padahal sebelumnya “Nek”.
“Terus saja, Bang!” jawab si penumpang. Belum berapa lama berjalan, si penumpang berkata, “Turun di sini saja, Bang.” Sambil menahan lari kudanya, Bang Salman menoleh ke belakang. Lagi-lagi betapa kagetnya ia karena ternyata penumpang sudah tidak ada. Bang Salam menjadi takut lagi sewaktu mendengar suara “hi hi hi!” seorang wanita dari atas pohon kebun beng besar yang berada di pinggir jalan kuburan Karet.
Kini, kisah itu sudah mulai terlupakan oleh warga Jakarta. Kiranya yang sudah dialami oleh warga Tanah Abang ini juga dialami oleh semua warga penduduk di Jabodetabek saat bertandang ke wilayah Tanah Abang. Saat ini, lokasi tersebut sudah menjadi wilayah perkotaan modern. (*)
Editor : Syahrir Rasyid
Artikel Terkait