Sistem ini juga diharapkan bisa mengurangi bias dan ketidakseimbangan data dari berbagai rumah sakit yang tersebar di Indonesia, terutama dalam konteks pengembangan AI.
Proyek ini dilakukan secara bersama oleh INSA CVL (Perancis) dan didanai oleh ISIF ASIA
Kedua, Computer Assisted Medical Intervention untuk Kateterisasi Jantung. Penyakit jantung merupakan "silent killer" di banyak negara di dunia, dan sayangnya ketersediaan dokter spesialis penyakit ini juga tidak menyebar secara merata sehingga penanggulangan secara cepat kadang sulit dilakukan.
Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan sebuah sistem yang bisa digunakan untuk membantu para dokter spesialis penyakit jantung melakukan operasi jantung.
Sebelum operasi dilakukan, para dokter bisa mengidentifikasi terlebih dahulu sumbatan pembuluh darah yang merupakan target yang akan dicapai. Selama operasi dilakukan para dokter akan dipandu oleh satu sistem visual yang mengarahkan catetheter jantung menuju target tersebut.
Agar navigasi bisa dilakukan secara baik, maka diperlukan teknik yang bisa digunakan untuk menggabungkan data sebelum dan pada saat operasi dilakukan.
Hal yang mirip dengan sistem navigasi pada saat kita berkendara, dimana kita sudah mempunyai peta sebelumnya dan digabungkan dengan data GPS yang bisa menunjukkan posisi secara realtime.
Sistem navigasi pada saat operasi juga mampu memandu melakukan intervensi dengan cepat dan presisi sehingga mengurangi resiko infeksi, paparan radiasi sinar-X, mempercepat proses penyembuhan pasien dan menurunkan cost yang harus ditanggung pasien.
Sistem ini diharapkan juga bisa membantu dokter melakukan evaluasi sesudah intervensi dilakukan oleh dokter.
Proyek penelitian ini bekerjasama dengan TE-ITB, FK-UNS dan UII yang dibiayai oleh BRIN/LPDP dengan skema Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju. (*)
Pengembangan platform kolaboratif antar rumah sakit untuk deteksi Pneumonia. (Foto : School of STEM UPM)
Editor : Syahrir Rasyid