get app
inews
Aa Read Next : Intip Tampilannya!, Motor Listrik Bergaya Retro Sungguh Unik

Dari Larangan Makan Pisang Dempet Hingga Mencari Kutu Usai Sholat Ashar, Inilah 15 Pantangan Unik Di

Rabu, 26 Januari 2022 | 17:33 WIB
header img
Masyarakat Betawi mengenal sejumlah pantangan yang unik. (Foto: SINDOnews)

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Masyarakat Betawi mengenal sejumlah pantangan atau larangan dengan alasan yang unik. Meski msyarakat Betawi identik dengan wilayah Jabodetabek dan kawasan modern di ibu kota Jakarta. Pantangan-pantangan tersebut ternyata penuh dengan pesan moral.

Berikut 15 pantangan yang terkenal di masyarakat Betawi berdasarkan buku "Betawi Tempo Doeloe" karya Abdul Chaer: Segar dan Pedas Bikin Nagih

 

1. Makan Pisang Dempet

Masyarakat Betawi diketahui melarang anak-anaknya makan pisang dempet, yaitu dua buah pisang yang kulit luarnya saling melekat. Jika hal itu tetap dilakukan maka penis mereka bisa mati. Meski terdengar tak masuk akal, ternyata pantangan ini memiliki pesan moral agar jangan serakah jika memiliki rezeki berlebih. Jika memiliki kelebihan maka bagilah dengan orang lain dan tidak dihabiskan sendiri.

 

2. Duduk di Ambang Pintu

Pintu masuk ke rumah masyarakat Betawi zaman dulu dipasang balok di bagian bawahnya sebagai penahan pintu. Duduk di balok itu memang enak. Namun anak-anak perempuan Betawi dilarang dudu di situ dengan ancaman jika dewasa nanti akan "dilamar urung". Maksudnya setiap larangan selalu tidak jadi. Ternyata larangan itu memiliki nilai sosial. Yaitu duduk di ambang pintu akan menyulitkan orang lain untuk lewat.

 

 

3. Makan Sambil Tiduran

Orang tua dari suku Betawi dulu melarang anak-anak sambil tiduran. Ancamannya jika hal itu dilakukan maka kepalanya akan membesar seperti bakul nasi. Alasannya nasi naik ke kepala bukan turun ke perut. Hal ini memiliki pesan moral yaitu agama melarang makan sambil tiduran. Selain itu tidak baik bagi kesehatan karena pencernaan menjadi tidak lancar.

 

4. Makan Sambil Berdiri

Pantangan lain soal makan yaitu makan sambil berdiri. Ancamannya kaki akan membesar karena makanan akan turun ke kaki. Pesan baik dalam pantangan tersebut yakni memberikan pelajaran agama juga melarang makan sambil berdiri. Karena makan lebih baik dan lebih sehat jika dilakukan dengan duduk.

 

5. Makan Sambil Berbicara

Masyarakat Betawi juga mengenal pantangan makan sambil berbicara. Ancamannya yakni tidak kenyang karena makanan masuk ke perut setan. Ternyata pesan itu memiliki nilai moral yaitu memberitahukan jika makan sambil berbicara kemungkinan ada makanan yang masuk ke rongga hidung. Jika itu terjadi maka hal itu akan membuat kita tersedak dan menyakitkan serta bisa berujung pada masalah kesehatan.

 

6. Suap Dakom

Pantangan lain soal makan yaitu suap dakom di mana menyuap makanan dengan lima jari dilengkungkan ke dalam dengan posisi melebar. Dengan posisi seperti itu makanan yang terambil bisa banyak sekali. Hal itu menjadi pantangan bagi anak-anak Betawi dengan ancaman mulut bisa membesar sebesar bakul nasi. Pantangan ini tentu tidak masuk akal, namun ternyata ada pesan moral di baliknya yaitu agar kita tidak serakah dan menunjukkan hal itu sebagai tindakan tidak sopan.
 

 

7. Buang Makanan atau Nasi Berceceran

Masyarakat Betawi terutama ibu-ibu tempo dulu selalu melarang anaknya untuk membuang makanan atau menyisakan nasi berceceran di piring. Jika hal itu dilakukan maka sang ibu akan menjelaskan penis si anak (yang mereka sebut ayam) akan mati. Lalu apa hubungannya? Ternyata pesan itu sarat nilai moral yaitu makan harus rapi dan jangan membuang nasi. Di samping itu, terkait pantangan itu juga ancaman nanti Dewi Sri menangis. Lalu nanti si Ibu akan menjelaskan jika Dewi Sri merupakan penjaga tanaman padi.

 

8. Buang Air Kecil di Bawah Pohon Rindang

Anak-anak Betawi selalu diingatkan orang tua dan gurunya agar tidak kencing sembarangan di bawah pohon rindang. Ancamannya nanti penis mereka akan digigit setan. Apalagi setan diketahui sebagai makhluk yang menakutkan bagi anak-anak. Ternyata pesan itu memiliki nilai moral di mana pohon rindang merupakan tempat orang untuk berteduh. Jika di situ bau kencing maka akan mengganggu kenyamanan orang yang berteduh. Selain itu pesan itu mengingatkan anak-anak untuk selalu cebok setelah buang air kencing. Di bawah pohon rindang tentu tidak ada air bersih.

 

9. Tidur Sehabis Sholat Subuh

Tidur setelah sholat Subuh sangat dilarang di masyarakat Betawi meski godaan untuk melakukannya sangat besar. Ancamannyta rezekinya nanti dipatok ayam. Pesan moral dari pantangan tersebut yaitu mengajarkan kita jangan malas-malasan dan harus segera beraktivitas setelah sholat Subuh. Apalagi diketahui tidur setelah sholat Subuh membuat orang malas. Bagi anak-anak setelah sholat Subuh baiknya bersiap-siap sekolah. Bagi orang dewasa segera mencari nafkah. Dan bagi ibu-ibu diminta mengurus anak yang akan sekolah dan suami yang segera pergi bekerja.

 

 

10. Tidur Sehabis Sholat Ashar atau Menjelang Magrib

Masyarakat Betawi tempo dulu percaya tidur setelah sholat Ashar atau menjelang sholat Magrib dapat menimbulkan penyakit lupa ingatan. Pesannya jika tidur setelah sholat Ashar bisa membuat kita kelupaan sholat Magrib. Apalagi jeda antara sholat Magrib dan sholat Isya sangat dekat. Jika kita tidur jelang Magrib bukan tidak mungkin kita bisa bangun setelahnya dan kehabisan waktu.

 

11. Tidur di Sajadah

Pantangan berikutnya soal ibadah yaitu dilarang tidur di sajadah. Apalagi sajadah sebagai tempat sholat harus bersih dan suci. Ancaman jika pantangan itu tetap dilakukan yaitu perut sakit atau pantat bisulan. Tentu hal itu tak masuk akal. Namun ternyata pantangan itu memiliki pesan moral yaitu jika tidur di atas sajadah ditakutkan terkena air liur atau kotoran badan.

 

12. Menduduki Lekar

Lekar atau rehal merupakan tempat mendudukkan Al Quran berupa silangan antara dua papan kayu. Ada lekar yang hanya cukup untuk satu Al Quran namun ada lekar yang dibentuk berderet seperti bangku panjang setinggi 20-30 cm. Ancaman jika menduduki lekar yaitu pantat akan bisulan. Nilai sosial di balik pantangan itu yakni perbuatan menduduki tempat yang dikhususkan untuk kitab suci seperti Al Quran merupakan hal yang tidak patut dilakukan atau tidak sopan.

 

13. Mencari Kutu Sehabis Ashar

Zaman dahulu ada pantangan bagi perempuan-perempuan Betawi untuk mencari kutu di kepala rekannya sesudah sholat Ashar. Jika hal itu dilakukan makan ancamannya rohnya akan menjadi genderuwo berambut panjang yang sangat menakutkan jika meninggal. Namun nilai moralnya yaitu waktu setelah sholat Ashar merupakan waktu yang tepat untuk memasak makan malam bagi perempuan yang belum menikah maupun sudah menikah. Padahal masyarakat Betawi zaman dulu makan sore hari sebelum Magrib dan bukan pukul tujuh atau delapan malam. Jika mencari kutu dilakukan maka waktu untuk mempersiapkan makanan akan terpotong. Apalagi kegiatan mencari kutu biasanya memakan waktu lama.

pisah

 

14. Begadang sampai Larut Malam

Yang dimaksud dengan begadang yaitu tidak tidur sampai jauh malam sambil melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat seperti mengobrol. Jika begadang untuk membaca Al Quran tidak apa-apa. Ancamannya nanti akan ditemani setan atau kuntilanak. Nilai moralnya yaitu begadang untuk tidak bermanfaat hanya membuang waktu saja. Alasan lainnya yaitu bisa terlambat sholat Subuh.

 

15. Pantangan di Waktu Magrib

Selain larangan-larangan di atas, masyarakat Betawi tempo dulu juga mengenal sejumlah pantangan saat waktu Magrib yaitu sebagai berikut

a. Tidak boleh membeli atau menjual jarum saat Magrib. Jika hal itu dilakukan setan akan marah dan membeli jarum itu karena jarum menusuk mata setan.

b. Jangan membeli terasi saat Magrib. Ancamannya setan akan membuat seisi rumah pembeli bau terasi.

c. Jangan memotong kuku saat Magrib. Ancamannya kuku setan akan ikut terpotong. Akibatnya setan akan marah dan memasang kukunya pada kuku kita. Akibatnya kuku kita akan tumbuh lebih cepat.

d. Jangan memetik cabai waktu Magrib. Jika dilakukan ancamannya cabainya akan cepat busuk serta pohonnya akan cepat mati. e. Anak-anak tidak boleh main di luar waktu Magrib yang ancamannya akan diculik setan kalong wewe yang gemar menyembunyikan anak manusia. Jika terlalu lama disekap setan maka bicara anak menjadi kelu bahkan tidak bisa berbicara. (*)

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut