Panduan Memilih Pemimpin Dalam Islam
1. Pemimpin di tengah mayoritas umat Islam harus seorang muslim yang mukmin.
Pemimpin yang terbaik di tengah mayoritas umat Islam adalah seorang muslim yang mukmin. Umat Islam dilarang oleh Allah SWT untuk memilih orang kafir sebagai pemimpin. Pemimpin yang mukminlah yang akan mampu berperan sebagai proyeksi sekaligus memiliki fungsi profetik.
Dalam kaitan ini, Allah SWT berfirman yang artinya: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu tentang diri (siksa-Nya). Dan hanya kepada Allah kembali(mu).” (QS. Ali Imran [3]: 28).
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5]: 51).
2. Pemimpin harus bersikap yang adil.
Selain seorang mukmin, pemimpin juga harus memiliki sikap yang adil. Pemimpin harus adil dalam menerapkan hukum dan menegakkan peraturan kepada siapa pun. Hukum tidak hanya tajam ke bawah, namun juga harus tajam ke atas. Tidak mengistimewakan golongan tertentu dan mengucilkan golongan yang lain.
Baginda Rasulullah SAW pernah memberikan contoh bagaimana menegakkan keadilan melalui teguran keras yang disampaikan kepada Usamah bin Zaid. Saat itu, Usamah bin Zaid hendak membela salah satu kaum karena telah melakukan pencurian dengan cara meminta keringanan hukuman kepada Rasulullah SAW.
Namun, Baginda Rasulullah SAW justru menegur keras Usamah bin Zaid atas sikapnya itu dengan bersabda: “Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?”
Kemudian beliau berdiri dan bersabda: “Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat (pejabat, penguasa, elit masyarakat) mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang di kalangan rendah (masyarakat rendahan, rakyat biasa) mereka mencuri mereka menegakkan hukuman atasnya. Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya.” (HR. Bukhari).
Peran aktif umat Islam dalam tahapan Pemilu 2024 akan menjadi penentu keberlanjutan tegaknya nilai-nilai Islam. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid