Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina & Ketua PCM Pagedangan - Tangerang
KESEHATAN ADALAH salah satu nikmat yang banyak manusia lalai mensyukurinya. Mereka tidak menganggap bahwa kesehatan adalah suatu nikmat besar yang patut disyukuri, dan hanya menganggap nikmat besar itu adalah ketika memiliki harta kekayaan yang melimpah.
Namun, ketika nikmat kesehatan itu Allah SWT kurangi dan digantikan dengan rasa sakit, barulah merasakan dahsyatnya nikmat kesehatan. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari).
Hari demi hari yang dilalui dalam kondisi sakit, membuat seseorang menyesali hilangnya nikmat kesehatan dan berbagai kesempatan lainnya. Hidup makin tidak tertata, seolah-olah tidak ada lagi harapan seiring dengan bertambahnya rasa sakit yang dideritanya.
Tidak jarang manusia ketika diberikan rasa sakit yang cukup berat, membuat semangat hidupnya turun bahkan hilang. Padahal, sejatinya terdapat berbagai keutamaan yang hanya dapat diraih oleh orang yang sedang sakit. Beberapa di antara keutamaan di balik sakit dapat dijelaskan berikut ini.
Menghapus Dosa dan Menjauhkan Diri dari Api Neraka
Betapa dahsyatnya keutamaan orang yang sakit dan menerima penyakitnya itu dengan ikhlas. Rasa sakit yang diderita seseorang walaupun hanya sebatas demam, ternyata akan mampu menghapuskan dosa-dosa dan menghindarkan diri dari siksa api neraka.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (HR. Muslim).
Baginda Rasulullah SAW juga bersabda: “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api neraka.” (HR. Al Bazzar). Sakit demam yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sakit biasa, ternyata mampu menjauhkan seseorang dari siksa api neraka. Bagaimana dengan penyakit yang lebih berat dari demam?
Dr. Abidin, S.T., M.Si. (Foto : Dok Pribadi)
Menjadi Kebaikan bagi Orang Mukmin
Sakit merupakan salah satu bentuk ujian yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya. Sakit dapat menjadi salah satu barometer keimanan seseorang terhadap Allah SWT. Bagaimana sikap orang tersebut selama sakitnya, seperti itulah gambaran keimanannya kepada Allah SWT.
Oleh karenanya, sikap terbaik bagi seorang hamba yang mukmin dalam menerima ujian sakit adalah bersabar. Bersabar bukan berarti diam, namun berusaha sungguh-sungguh untuk mengobati penyakitnya seraya memasrahkan hasilnya kepada ketetapan Allah SWT. Baginda Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapatkan kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapatkan kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Mengingatkan Hamba yang Lalai
Ketika kondisi badan sehal wal afiat, sebagaimana hadits Baginda Rasulullah SAW di atas, banyak manusia yang tertipu sehingga lupa untuk bersyukur dan mengingat Allah SWT. Bahkan, tidak jarang banyak manusia yang lalai kepada Allah SWT, kemudian tenggelam dalam kemaksiatan.
Oleh karena itu, Allah pun mengingatkan hamba-Nya dengan cara memberikan ujian berupa sakit. Kondisi badan yang sakit, akan mampu mengingatkan seorang hamba yang lalai kepada Allah SWT, untuk kemudian menyadari kekhilafannya dan kembali mengingat Allah dengan penuh penyesalan dan kepasrahan.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para Rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS. Al-An’am [6]: 42).
Betapa dahsyatnya keutamaan orang yang sakit dan menerima penyakitnya itu dengan ikhlas. (Foto: Ist)
Menambah Dekat kepada Allah SWT
Bagi seorang hamba yang taat kepada Allah SWT, maka sakit yang dideritanya bukan hanya mengingatkan akan kelalaiannya, namun menambah kedekatannya kepada Allah SWT. Dengan adanya sakit, dia semakin menyadari akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT dan semakin meneguhkan keimanannya.
Terkadang memang ketika manusia diberikan ujian berupa kebahagiaan atau kenikmatan lainnya, justru dapat menjauhkan dirinya kepada Allah SWT. Kesuksesan, kekayaan dan bentuk-bentuk kenikmatan lainnya terkadang membuat manusia cenderung lupa kepada Allah SWT.
Berbeda dengan sakit, manusia menjadi lebih dekat dan banyak berdo’a kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdo’a.” (QS. Fussilat [41]: 51).
Mengeratkan Tali Silaturahmi
Tali silaturahmi antar sesama muslim terkadang menjadi longgar tatkala semuanya diberikan nikmat berupa kesehatan. Kunjung mengunjungi menjadi hal yang langka karena semuanya fokus dan sibuk dengan urusannya masing-masing.
Berbeda ketika ada salah satu sahabat atau saudara yang menderita sakit. Tali silaturahmi pun menjadi erat kembali. Teman dan saudara menyempatkan diri untuk menjenguk dan menghibur teman atau saudaranya yang sedang sakit. Dengan demikian, hak sesama muslim pun tertunaikan.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam. Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; apabila dia bersin lalu dia memuji Allah, do’akan dia; apabila dia sakit, jenguklah dia; apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim).
Terakhir, penulis mendo’akan para pembaca Hikmah Jum’at yang saat ini sedang sakit semoga mendapatkan seluruh keutamaan seperti yang telah dipaparkan di atas. Semoga Allah SWT segera memberikan kesembuhan dan kesehatan seperti sedia kala. Aamiin. (*)
Bagi seorang hamba yang taat kepada Allah SWT, maka sakit yang diderita bukan hanya mengingatkan akan kelalaiannya, namun menambah kedekatannya. (Foto: Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid