Di sekolah, Regina dikenal dengan anak yang cukup cerdas. Selain sering juara kelas, nilai mata pelajaran IPS seperti Geografi dan Ekonomi, ia selalu mendapat nilai 9. “Selama tiga tahun sering juara 2 dan pernah juara 4 pas di awal, tapi nilai selalu naik terus,” ujarnya.
Untuk mendukung belajar di sekolah, Regina mengandalkan buku-buku LKS yang ia beli di sekolah. Sedangkan untuk buku cetak sudah didapatkan dari sekolah secara gratis. Sedangkan untuk waktu belajarnya, Regina mengaku menyempatkan waktu sekitar 1-2 jam menjelang tidur. “Sore hari setelah pulang sekolah, saya membantu ibu buat anyaman. Sekitar jam 8 malam saya mulai belajar dan buka buku,” katanya.
Kehidupan keluarga yang penuh kesederhanaan ini, Regina tahu diri untuk tidak menuntut banyak ke kedua orang tuanya. Apalagi sang Ayah, I Gede Suastra Jaya (44) beberapa tahun lalu pernah terkena serangan stroke ringan. Praktis pekerjaan yang dilakoninya sekarang ini membantu sang istri membuat anyaman dan berjualan bensin eceran di depan rumahnya.
Tepat di hari pengumuman kelulusan tiba, Regina masih ingat persis saat pulang sekolah, dia tidak begitu antusias untuk membuka layar ponselnya karena ia merasa tidak akan lolos. Kalau pun lolos, ia hanya diterima di salah perguruan tinggi negeri di Bali.
“Saya nggak yakin bakalan diterima, jadi nggak bilang ke teman-teman, kebetulan waktu itu link web sempat error,” kenangnya.
Selang beberapa jam kemudian, Regina mencoba membuka situs pengumuman SNBP. Dia tidak menyangka namanya terdaftar diterima kuliah di prodi Ilmu Hukum UGM. “Saya lolos, Pak” kata Regina pada ayahnya saat itu juga.
Kedua orang tua Regina senang bukan kepalang, anaknya sulungnya diterima kuliah di PTN. Menurut Regina, saat itu ayah dan ibunya tampak senang namun juga tidak bisa menyembunyikan raut sedih di wajah mereka memikirkan soal biaya Regina ketika kuliah kelak.
Namun saat registrasi dan pengumpulan dokumen, sang ibunda, Nely Supriyati tidak menyembunyikan kebahagiaannya setelah mengetahui anaknya mendapat beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen dari kampus UGM.
”Saya bersyukur sekali ia bisa kuliah di UGM, apalagi bisa dapat beasiswa,” katanya dengan air mata berurai.
Menurutnya, beasiswa UKT sangat membantu beban ekonomi keluarganya. Nely mengaku, dari penghasilan dirinya dan suami sebagai pengrajin sokasi hanya cukup untuk menyambung hidup dari hari ke hari.
(*)
Editor : Syahrir Rasyid