get app
inews
Aa Text
Read Next : Garuda Biru Kembali Viral di Media Sosial, Warganet Serukan Penolakan PPN 12 Persen

Ironis Minyak Goreng Langka, Kemana 5 Produsen Minyak Goreng Terbesar Di Indonesia

Rabu, 23 Maret 2022 | 17:53 WIB
header img
Dipertanyakan peran 5 produsen minyak goreng terbesar Indonesia. (Foto: Okezone.com/Avirista)

JAKARTA, iNewsSerpong.id - Kelangkaan minyak goreng membuat masyarakat kebingungan, lantas bagaimana peran para produsen? Sekadar info saja, di Indonesia terdapat sejumlah produsen minyak goreng terbesar dengan jumlah pabrik dan jaringan hingga ke luar negeri yang namanya sudah tidak asing lagi.

Harga minyak goreng melonjak dalam beberapa waktu terakhir dikeluhkan masyarakat karena perannya sebagai kebutuhan pokok. Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sebenarnya sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp11.000 liter.

Namun fakta di lapangan, harga minyak goreng sudah jauh melebihi HET, bahkan beberapa pasar, harga minyak goreng sudah berada di atas Rp 18.000 per liter. Dalih kenaikan harga minyak goreng dari produsen yakni karena adanya kenaikan harga CPO di pasar global.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia sejauh ini terkonsentrasi di Kalimantan dan Sumatera, bahkan sebagian perkebunan kelapa sawit besar lainnya berada di Sulawesi dan kini juga perlahan mulai banyak merambah Papua.

Setelah menyalip posisi Malaysia beberapa tahun lalu, Indonesia sendiri kini tercatat menjadi produsen minyak sawit atau CPO terbesar di dunia.

Berikut deretan produsen minyak goreng terbesar di Indonesia dengan cuan yang tak main-main.

1. Wilmar Group

Wilmar International Ltd (Wilmar Group) adalah produsen minyak goreng terbesar di Indonesia dengan merek Sania, Fortune, Siip, Sovia, Mahkota, Ol'eis, Bukit Zaitun, Goldie, dan Camilla.

Adapun Martua Sitorus adalah salah satu tokoh kunci perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura itu. Tidak hanya di Indonesia, Wilmar juga memiliki lebih dari 450 pabrik dan jaringan distribusi di China, India, dan 50 negara lainnya.

Produsen ini memiliki perkebunan kelapa sawit besar di tanah air dan menjadi salah satu perusahaan yang memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia yang mencapai 232.053 hektar.

 Wilmar Group membawahi PT Wilmar Nabati Indonesia Tbk (CEKA). Melansir laporan keuangan perusahaan hingga kuartal III-2021, penjualan neto CEKA tercatat mengalami peningkatan sebesar 46,92%, dari Rp 2,51 triliun pada akhir September 2020 menjadi Rp 3,68 triliun di sembilan bulan pertama 2021.

Penjualan bersih CEKA hingga kuartal ketiga ini masih ditopang oleh penjualan domestik senilai Rp 3,51 triliun. Jumlah itu terkerek 47,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 2,38 triliun.

Kemudian, ada pula penjualan ekspor yang melonjak sebesar 35,01%, dari sebelumnya Rp 125,80 miliar menjadi Rp 169,85 miliar di periode Januari-September 2021.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, Wilmar Group menempati posisi pertama dengan distribusi minyak goreng ke domestik sebesar 99,26 juta liter.

2. Indofood Agri

Indofood Agri Resources Ltd atau IndoAgri adalah perusahaan minyak goreng di Indonesia yang terintegrasi. IndoAgri merupakan bagian dari Indofood milik Grup Salim.

Berdasarkan situs resminya, IndoAgri adalah produsen minyak goreng Bimoli, Delima, dan Happy sekaligus produk sawit lainnya.

Dua perusahaan perkebunan kelapa sawit milik Grup Salim, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), tercatat membukukan pertumbuhan pendapatan bersih dan laba bersih sepanjang 2021 berkat kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit.

SIMP membukukan kenaikan laba bersih secara signifikan sebesar 320,18% secara tahunan (yoy) dari Rp 234,28 miliar pada 2020 menjadi Rp 984,41 miliar pada periode yang sama tahun 2021.

Seperti sang induk SIMP, kinerja penjualan LSIP atau biasa disebut Lonsum juga ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) produk sawit. Laba bersih LSIP tercatat sebesar Rp 991,24 miliar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021. Angka tersebut naik 42,42% secara yoy dari laba bersih tahun sebelumnya Rp 696,01 miliar.

Pendapatan bersih perusahaan juga meningkat 27,96% secara yoy menjadi Rp 4,53 triliun pada 2021. Sama seperti SIMP, manajemen LSIP bilang, kenaikan penjualan ini seiring naiknya ASP produk sawit.

3. Musim Mas

Grup Musim Mas termasuk ke dalam daftar perusahaan minyak goreng di Indonesia dengan merek Sunco, M&M, Amago, dan Voila. Perusahaan minyak goreng tersebut berkantor pusat di Singapura dan mengklaim telah terintegrasi serta terbesar di dunia.

Perusahaan Musim Mas di bidang industri minyak goreng, yakni PT Bina Karya Prima yang memproduksi minyak goreng merk Tropical. Saat ini Musim Mas mendistribusikan 65,32 juta liter.

Musim Mas Group sudah menyalurkan minyak goreng murah sejak 22 Januari 2022 di sejumlah daerah antara lain Kabupaten Pelalawan (Provinsi Riau), Kabupaten Pasaman Barat (Provinsi Sumatera Barat), Kabupaten Musi Banyuasin (Provinsi Sumatera Selatan).

Kabupaten Kotawaringin Timur (Provinsi Kalimantan Tengah), Jabodetabek, Jawa, Bali, dan Sulawesi. Sampai Maret 2022, Musim Mas Group akan menyalurkan minyak goreng murah sebanyak 13.038 juta liter.

Anak usaha Musim Mas yang telah melakukan penyaluran diantaranya PT Musim Mas, PT Sukajadi Sawit Mekar, PT Maju Aneka Sawit, PT Globalindo Alam Perkasa, PT Indokarya Internusa, PT Intibenua Perkasatama, PT Mikie Oleo Nabati, PT Wira Inno Mas , PT Agro Makmur Raya dan PT Megasurya Mas.

4. Royal Golden Eagle

Pendiri Royal Golden Eagle International adalah konglomerat sawit Sukanto Tanoto, salah satu orang terkaya di Indonesia. Royal Golden Eagle (RGE) merupakan produsen minyak goreng di Indonesia dengan merek Camar dan Harumas.

Perusahaan tersebut diketahui memiliki 30 perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau, Jambi, hingga Sumatera Utara dengan total luas mencapai 100 ribu hektar. Konglomerasi bisnis RGE, bergerak di berbagai industri termasuk perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical).

Asian Agri dalam laman web resminya mengatakan bahwa perusahaan memiliki 30 perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara seluas 100.000 hektar.

Sedangkan situs resmi Apical mencatat perusahaan memiliki 6 kilang pemurnian, 3 pabrik biodiesel, satu pabrik pengolahan inti sawit dan satu pabrik oleokimia. Perusahaan memproduksi margarin, turunan lemak hingga biodiesel.

5. Sinarmas Group

Sinarmas Group yang diwakili PT Sinar Mas Agro Resources and Tech Tbk (SMAR) berkontribusi sebesar 55,19 juta liter untuk mendistribusikan minyak goreng ke domestik. Adapun produk milik SMAR dipasarkan dengan merek dagang Filma, Mitra, Kunci Mas, dan Palmvita.

Diketahui, SMAR mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 2,83 triliun pada 2021, naik 84 persen yoy dari Rp 1,54 triliun pada 2020. SMAR mencatat rekor kinerja di tahun 2021 didukung oleh terus menguatnya harga pasar CPO dan industri sawit yang kondusif.

Adapun SMAR membukukan pendapatan Rp 57 triliun pada 2021, naik 41 persen year on year (yoy) dari sebelumnya Rp40,43 triliun. Pendapatan juga ditopang dari penguatan harga CPO global. (*)

 

 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut