HIKMAH JUMAT : Mabrur Sepanjang Umur

Selain kesalehan individual yang semakin tampak pada diri seseorang yang meraih predikat haji mabrur, kesalehan sosialnya pun lebih tampak dan semakin menonjol dalam kehidupan sehari-harinya.
Hidupnya menjadi lebih bermanfaat bagi orang banyak, senantiasa menebarkan kedamaian, bicaranya santun, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Pada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berikut ini, dapat kita lihat karakter kesalehan sosial seorang yang hajinya mabrur.
Diceritakan bahwa suatu ketika para sahabat bertanya kepada Baginda Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?” Baginda Rasulullah SAW pun menjawab: “Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.”
Kesalehan individual maupun sosial dari seseorang yang meraih haji mabrur sejatinya adalah aktualisasi dari seluruh tahapan ibadah haji yang dilakukan seseorang. Coba kita simak kalimat talbiyah yang senantiasa diucapkan oleh seseorang yang menunaikan ibadah haji yang artinya:
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.”
Jika kita perhatikan kalimat talbiyah di atas, maka sejatinya kalimat talbiyah mengandung makna yang luar biasa. Kalimat talbiyah memiliki makna berupa pengakuan, kepasrahan, sekaligus kepatuhan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sikap-sikap tersebut, adalah modal yang sangat kuat bagi seseorang untuk bersikap jujur, rendah hati, ikhlas serta sikap-sikap terpuji lainnya. Bagi seorang yang meraih haji mabrur, kalimat talbiyah bukan hanya sekedar diucapkan, tetapi dimaknai secara mendalam dan diamalkan.
Pakaian ikhram, ketika seorang jamaah haji telah menanggalkan baju kesehariannya kemudian diganti dengan pakaian ikhram, maka itu maknanya dia telah harus menanggalkan segala bentuk sifat dan sikap buruk yang ada pada dirinya, digantikan dengan sifat dan sikap terpuji yang harus ada pada diri seorang hamba.
Begitu banyak makna yang terkandung dalam setiap tahapan ibadah haji. Setiap tahapan memiliki makna tersendiri, bukan hanya sekedar ritual tanpa makna yang hakiki. Thawaf misalnya. Allah SWT berfirman yang artinya: “Hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah tua itu (Baitullah).” (QS. Al-Hajj [22]: 29).
Thawaf memberikan pengertian kepada seluruh jamaah haji tentang hakikat keberadaan Allah dan manusia sebagai makhluk-Nya. Manusia adalah makhluk yang sangat bergantung kepada Allah, sehingga inti perputaran dan pernyataan thawaf adalah lantunan do’a, dzikir, tasbih, dan kalimat thayibah lainnya.
Editor : Syahrir Rasyid