HIKMAH JUMAT : Renungan dari Musibah di Sumatera
Lebih lanjut, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura [42]: 30)
Ayat ini mengajak manusia untuk melihat kemungkinan bahwa bencana bisa terjadi sebagai akibat ulah manusia sendiri. Bencana bisa jadi karena manusia melakukan kerusakan lingkungan, pelanggaran amanah terhadap alam, ketidakadilan, dan perbuatan maksiat. Ini jadi panggilan untuk introspeksi dan tobat.
Dalam kondisi seperti ini, bencana menjadi peringatan agar manusia sadar atas tanggung jawabnya terhadap alam, terhadap sesama, dan terhadap dirinya sendiri. Alam bukan hanya panggung hidup, tapi amanah dari Allah.
Ketika kita lalai menjaga amanah itu, baik lingkungan, keadilan, atau moralitas, maka bencana bisa menjadi salah satu cara Allah mengingatkan kita. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala pada Surat Ar-Rum [30] ayat ke-41 yang artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Musibah mengingatkan bahwa dunia ini fana, amanah, dan manusia harus menjalankan tanggung jawabnya dengan bijak. Bencana di Sumatera, meskipun tragis, bisa dipahami sebagai panggilan untuk kembali kepada Allah, memperbaiki diri, dan memperbaiki hubungan manusia dengan alam serta sesama.
Sekali lagi, dalam Islam musibah tidak selalu bermakna negatif secara absolut, ia bisa menjadi ujian, sarana pembersihan diri, maupun sarana peningkatan keimanan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya:
“Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengatakan: ‘Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn.’” (Al-Baqarah [2]: 155)
Dengan demikian, ketika bencana menimpa seperti di Sumatera, bagi seorang mukmin hal itu bisa menjadi bentuk tarbiyah (pendidikan rohani) dari Allah untuk mengasah sabar, menguatkan iman, dan membersihkan dosa.
Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin: jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya; dan jika tertimpa kesusahan (musibah), ia bersabar, maka itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Editor : Syahrir Rasyid