get app
inews
Aa Text
Read Next : HIKMAH JUMAT : We Are The Champions

HIKMAH JUMAT : Ketika Alam Menegur Kita

Jum'at, 12 Desember 2025 | 05:01 WIB
header img
Dalam perspektif Islam, setiap musibah bukanlah peristiwa tanpa makna. Ayat tanda kebesaran Allah, sekaligus sarana muhasabah bagi manusia. (Foto: Ist)

Selain itu adalah menguatkan solidaritas dan kepedulian. Bencana membuat manusia melebur dalam satu rasa, yaitu saling membantu dan menguatkan. Islam sangat menekankan nilai ini, sebagaimana hadis:

“Perumpamaan kaum mukminin dalam kasih sayang dan sikap saling peduli bagaikan satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuh ikut merasakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lantas, bagaimana sikap seorang mukmin agar musibah membawa hikmah?

Islam mengajarkan beberapa sikap, di antaranya sabar dan tawakkal. Hal ini ditegaskan melalui firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Anfal [8], ayat ke-46 yang artinya: “Dan bersabarlah; sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Sabar bukan pasrah tanpa usaha, tetapi menerima ketentuan Allah sambil tetap mencari solusi terbaik.

Selanjutnya adalah memperbanyak berdoa dan istighfar. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa memperbanyak istighfar, Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesulitannya.” (HR. Ahmad)

Yang tidak kalah pentingnya adalah membantu korban bencana sebagai bentuk ibadah. Menolong sesama yang tertimpa musibah termasuk perbuatan mulia yang sangat dicintai Allah.

Yang terakhir adalah mengambil hikmah dan memperbaiki diri. Bencana harus menjadi titik balik untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar.

Sekali lagi, bencana yang melanda Sumatera bukan sekadar peristiwa alam semata, tetapi teguran yang mengandung banyak makna. Al-Qur’an mengajarkan bahwa setiap musibah adalah ujian, peringatan, dan tanda kebesaran Allah.

Di balik duka, terdapat hikmah yang dapat menguatkan iman, memperbaiki perilaku, serta mengembalikan manusia kepada jalan yang benar.

Oleh karenanya ketika alam menegur, sudah seharusnya manusia berhenti sejenak, merenung, memperbaiki diri, dan mengingat kembali amanahnya sebagai khalifah di muka bumi.

Dengan demikian, musibah tidak hanya meninggalkan luka, tetapi juga melahirkan kebangkitan spiritual dan kesadaran ekologis yang lebih kuat dalam masyarakat. Dengan itu, semoga kita senantiasa dijauhkan dari mala petaka dan bala bencana. (*)


Deforestasi, penambangan berlebih, dan alih fungsi lahan telah berkontribusi pada meningkatnya risiko banjir, longsor, dan juga kabut asap. (Foto: Ist)
 

Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut