TUNANETRA main musik itu hal biasa. Tunanetra menjadi barista itu baru luar biasa. Bayangkan, orang yang tidak bisa melihat bisa meracik kopi. Tantangannya luar biasa karena meleng sedikit bahaya mengancam. Salah sedikit tangan peracik bisa tersiram air mendidih.
Untuk melihat lebih lengkap, silakan klik link di laman ini.
Tunanetra yang melakoni profesi sebagai barista adalah Ahmad Hilmy. Awalnya, menjadi peracik kopi itu tidak mudah tetapi semangat yang membara dalam dada Ahmad Hilmy tidak ada yang bisa mengalahkan. Sebagai manusia yang tidak normal, Ahmad Hilmy yang menderita buta sejak lahir bertekad hidup normal dengan kondisinya yang tidak normal.
Memang tidak mudah tetapi Ahmad Hilmy dapat membuktikan tekad tersebut. Faktanya, pria yang humoris itu kini menjadi pemilik sebuah cafe yang diberi nama "Mata Hati Koffie" yang berlokasi di kawasan Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan.
Uniknya, cafe yang dihadirkan Ahmad Hilmy murni alias 100% dikendalikan orang buta. "Saya bertiga mengoperasikan cafe ini, semuanya buta," tutur Ahmad Hilmy, saat dikunjungi iNewsSerpong beberapa waktu lalu.
Awalnya, tidak sedikit orang yang meragukan. Berkat dorongan orang tua dan semangat mengentaskan sesama penderita tunanetra menjadi sebuah motivasi yang kian mempertajam langkah Ahmad Hilmy. "Saya tidak mau selamanya tergantung pada orang tua, begitupula sesama teman senasib harus mandiri," ujarnya penuh semangat.
Bisa dibayangkan seorang tanpa penglihatan harus berhadapan air mendidih. Ahmad Hilmy mengakui sangat sulit tetapi karena sudah terbiasa jadi tidak ada masalah lagi.
Membuat kopi manual atau kopi tubruk itu harus menuang air panas ke dalam cangkir. Menurut Ahmad Hilmy, "Butuh konsentrasi yang sangat... sangat... karerna kalau nggak konsent sedikit itu bakal kesiram air panas," paparnya. (*)
Mata Hati Koffie -- Jln Kubis III, No 4, Pondok Cabe Ilir, Pamulang Tangsel
Editor : Syahrir Rasyid