Simulasi yang dibuat oleh Science and Global Security (SGS) memperkirakan bahwa lebih dari 90 juta orang di dunia dapat terbunuh atau terluka dalam beberapa jam pertama setelah perang nuklir pecah.
Moskow mungkin akan menggunakan satu atau lebih bom nuklir 'taktis' yang berukuran kecil dan memiliki daya ledak 0,3 kiloton hingga 100 kiloton dibandingkan dengan hulu ledak strategis terbesar AS (1,2 megaton) atau bom 58 megaton yang diuji Moskow pada 1961.
Bom taktis dirancang untuk memiliki dampak yang lebih terbatas di medan perang jika dibandingkan dengan dampak senjata nuklir strategis yang dikembangkan untuk 'memenangkan' perang.
Ukuran 'kecil' dan 'terbatas' itu relatif karena bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945 hanya memiliki daya ledak 15 kiloton, namun berdampak dahsyat.
Analis juga percaya bahwa tujuan Rusia menggunakan bom nuklir taktis di Ukraina adalah untuk menggertak Kiev agar menyerah atau tunduk pada tekanan untuk bernegosiasi dan memecah belah negara-negara Barat yang mendukungnya.
Pakar militer untuk Program Keamanan Internasional CSIS di Washington, Mark Cancian yakin bahwa Moskow tidak akan menggunakan senjata nuklir di garis depan.
“Dibutuhkan total 20 bom nuklir kecil untuk area seluas kurang lebih 32 kilometer. Ini hanya 'kemenangan kecil', tetapi melibatkan risiko besar jika menggunakan senjata berbahaya seperti itu," katanya.
Editor : Syahrir Rasyid