Muhasabah Diri
Satu hal yang tetap harus kita ingat adalah berbuat baiklah selagi kita diberikan kesempatan oleh Allah SWT. Selama kita masih bernafas, itu artinya kesempatan untuk berbuat baik masih Allah berikan kepada kita. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr [59]: 18).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa hendaknya setiap manusia menghitung-hitung dirinya sendiri sebelum dimintai pertanggungjawaban, dan perhatikanlah segala sesuatu yang pernah kita perbuat berupa amal-amal saleh sebagai bekal diri kita saat kembali nanti, yaitu hari dihadapkannya kita kepada Allah SWT.
Berdasarkan penjelasan atau tafsir dari Ibnu Katsir di atas, jelaslah sudah bahwa kita diminta untuk menghisab diri kita sendiri atau bermuhasabah sebelum datangnya hari penghisaban yakni hari kiamat. Muhasabah adalah proses menghitung-hitung amal baik kita dibandingkan dengan keburukan kita yang dilakukan sepanjang waktu.
Muhasabah seperti ini tidak harus menunggu sampai dengan akhir tahun, namun hendaknya dilakukan setiap saat. Dengan muhasabah yang dilakukan setiap saat, maka kita dapat segera melakukan introspeksi, evaluasi, dan koreksi terhadap kekurangan yang ada. Begitulah sikap orang yang pandai untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas amal salehnya.
Hal ini senada dengan sabda Baginda Rasulullah SAW: “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Tirmidzi).
Menurut Khalifah Umar bin Khattab R.A., setiap muslim hendaknya senantiasa menghisab dirinya sebelum datang yaumil hisab. Beliau berkata:“Hisablah (introspeksi) diri kalian sebelum diri kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”
Dengan do’a yang kita panjatkan diiringi dengan muhasabah yang kita lakukan, maka kita berharap semoga kita keluar dari tahun 1444 H dengan cara yang benar dan memasuki tahun 1445 H juga dengan cara yang benar.
Kita juga berharap semoga Allah memberikan kekuatan dan kekuasaan kepada kita untuk bisa melawan segala bentuk hambatan, tantangan, dan musuh-musuh yang dapat menghalangi kita untuk berhijrah kepada kondisi yang lebih baik lagi.
Dengan pertolongan yang Allah berikan, semoga pada tahun 1445 H yang akan datang, kita dijadikan oleh Allah sebagai pribadi-pribadi yang lebih saleh, serta mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas ketakwaan kita. (*)
Keluar dari 1444 H dengan cara yang benar dan memasuki 1445 H juga dengan cara yang benar. (Foto/Ilustrasi : Ist)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid