Takdir yang telah ditetapkan oleh Allah SWT tersimpan di dalam Ummul Kitab atau Lauhul Mahfudz. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz)." (QS. Ar-Ra'd [13]: 39).
Dengan dasar keimanan ini, maka bagi siapa pun yang menjadi pemenang dalam pemilu, dia tidak akan menjadi jumawa dan menepuk dada. Sebaliknya, bagi siapa pun yang mengalami kekalahan dalam pemilu juga tidak akan bermuram durja dan larut dalam kesedihan yang tak bertepi.
Orang yang beriman akan menyadari dengan sepenuh hati, bahwa apa pun takdir yang terjadi, sebagai pemenangkah atau yang kalahkah, seluruhnya adalah ketetapan dari Allah SWT. Mereka juga menyadari bahwa ketetapan dari Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya.
Allah SWT berfirman yang artinya: “... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216).
Atas dasar ayat di atas, maka sejatinya apa pun yang terjadi terhadap diri kita, semuanya adalah yang terbaik dari Allah SWT yang telah ditetapkan-Nya untuk kita. Demikian pula dalam konteks pemilu 2024, maka apa pun hasilnya, itulah ketetapan terbaik dari Allah SWT untuk negara kita.
Jika ada di antara kita yang tidak puas dengan hasil yang ada, maka sebagai warga negara yang taat hukum, maka kita boleh menempuh jalur hukum. Hindari tindakan atau perbuatan anarkis yang justru akan merugikan diri sendiri bahkan seluruh anak bangsa.
Dengan dasar keimanan ini, maka bagi siapa pun yang menjadi pemenang dalam pemilu, dia tidak akan menjadi jumawa dan menepuk dada. (Foto: Ist)
Editor : Syahrir Rasyid