HIKMAH JUMAT : Siapakah Manusia Merdeka?
Lantas, bagaimana dengan manusia merdeka di era modern seperti saat ini?
Di era modern, banyak orang tampak “merdeka”, tetapi sejatinya mereka masih “terjajah”. Terjajah oleh gaya hidupnya yang materialistik, terperangkap dalam pengakuan sosial media, tertawan oleh ambisi kekuasaan dan popularitas, serta tunduk pada kekuasaan yang dzalim.
Islam datang sebagai rahmat untuk membebaskan manusia dari semua itu. Islam mengajarkan bahwa tujuan hidup seorang muslim bukan menjadi hamba dunia, tetapi menjadi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika saat ini, Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-80, umat Islam seharusnya bertanya kepada dirinya sendiri: "Apakah aku sudah benar-benar merdeka?" Merdeka bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tapi juga dari penjajahan moral dan spiritual.
Ketika pejabat berani mengambil hak rakyat demi keuntungan pribadi, itu bukan cerminan manusia merdeka. Para pejabat yang korup sama artinya dengan penjajah. Di masa lalu penjajah mencuri harta kekayaan rakyat Indonesia, demikian pula yang dilakukan oleh para koruptor.
Ketika isi perut bumi Indonesia digasak tanpa memikirkan masa depan generasi berikutnya, itu artinya kita sedang dijajah dengan penjajahan gaya baru. Penjajah masa lalu, menggasak hasil bumi Indonesia, penjajah masa kini menggasak isi perut bumi Indonesia.
Ketika generasi muda lebih takut kehilangan followers daripada kehilangan iman, itu tanda penjajahan gaya baru. Ketika para orang tua sibuk dengan menumpuk-numpuk harta dan lupa akan mati, itu artinya dia masih dijajah oleh hawa nafsunya.
Menjadi manusia merdeka yang hakiki merupakan perjuangan seumur hidup. Butuh mujahadah (kesungguhan), ilmu, dan iman yang kuat. Baginda Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang paling kuat adalah orang yang mampu mengalahkan nafsunya." (HR. Ibnu Hibban).
Maka, mari kita berjuang untuk menjadi manusia merdeka yang hakiki. Manusia yang merdeka dari belenggu dosa, maksiat, kebodohan, dan ketergantungan pada selain Allah. Namun demikian, perjuangan tetap harus disertai do’a.
"Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba-Mu yang merdeka, yang hanya tunduk kepada-Mu, bukan kepada dunia dan penguasa dzalim. Lapangkan hati kami untuk istiqamah di jalan-Mu. Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin." (*)

Wallahu a’lam bish-shawab.
Editor : Syahrir Rasyid