HIKMAH JUMAT : Membangun Generasi Rabbani

Sementara itu, Baginda Rasulullah SAW sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu. Beliau bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim." (HR. Ibnu Majah). Hadits ini menegaskan bahwa pendidikan tidak bersifat opsional, melainkan wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.
Baginda Rasulullah SAW juga mengatakan: "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim). Hadits ini menunjukkan bahwa mencari ilmu dalam Islam bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan bagian dari ibadah dan jalan menuju keselamatan akhirat.
Oleh karena itu, tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah melahirkan insan kamil (manusia sempurna) yang memiliki keseimbangan antara aspek intelektual, spiritual, dan moral. Insan kamil inilah yang disebut dengan generasi rabbani.
Seorang muslim yang terdidik menjadi generasi rabbani seharusnya memiliki karakter hebat yakni bertauhid (memiliki keimanan yang lurus), berakhlak mulia, memiliki kecakapan ilmu dan amal, memiliki kesadaran sosial, serta berkomitmen terhadap keadilan dan kebenaran.
Dengan demikian, pendidikan dalam Islam tidak terbatas pada ilmu agama saja, tetapi juga mencakup ilmu dunia seperti matematika, kedokteran, teknik, ekonomi, dan lainnya, selama tidak bertentangan dengan syariat dan bermanfaat bagi umat.
Untuk membangun generasi rabbani tentulah tidak mudah. Namun, kita harus yakin jika seluruh komponen dalam pendidikan Islam berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing, maka generasi rabbani bukan hanya sebatas mimpi.
Misalnya guru. Dalam Islam, guru memiliki kedudukan yang tinggi. Rasulullah SAW sendiri adalah pendidik utama umat Islam. Para sahabat belajar langsung dari beliau tidak hanya ilmu agama, tetapi juga etika, kepemimpinan, dan strategi kehidupan.
Selanjutnya orang tua. Dalam Islam, orang tua juga memiliki tanggung jawab utama dalam pendidikan anak-anak. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Itu artinya, lingkungan pendidikan yang pertama dan utama adalah keluarga. Sejak dini, anak harus ditanamkan nilai-nilai Islam, akhlak, dan cinta terhadap ilmu. Orang tua jangan hanya mengandalkan guru dan mempercayakan sepenuhnya kepada sistem yang ada sekolah dalam mendidik anak-anaknya.
Guru dan orang tua wajib memahami, bahwa pendidikan dalam Islam tidak mengenal sekadar hafalan atau penguasaan materi semata, tetapi mencakup beberapa metode utama yang bersumber dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
Editor : Syahrir Rasyid