HIKMAH JUMAT : Bahayanya Kebohongan
Penulis : Dr. Abidin, S.T., M.Si. -- Dosen Universitas Buddhi Dharma; Ketua Umum Yayasan Bina Insan Madinah Catalina; Ketua PCM Pagedangan, Tangerang
ALKISAH ADA seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun tugas akhir atau skripsinya. Dia menyimpan seluruh data dan tulisannya di dalam sebuah flashdisk. Namun, suatu hari flashdisk tersebut hilang entah kemana.
Dia pun berupaya untuk menemukan flashdisk yang hilang itu, namun upayanya itu sia-sia belaka. Paniklah dia, dan stres pun kini dia rasakan. Di tengah kepanikannya itu, akhirnya dia memutuskan untuk mengambil jalan pintas, yakni menyalin ulang skripsi temannya yang sudah lulus tahun lalu.
Dia ganti nama temannya dengan nama dia, dan dia ganti juga beberapa bagian dari skripsi temannya itu agar terlihat lebih kekinian. Dia bawa skripsi hasil contekannya itu ke hadapan dosen pembimbingnya. Singkat cerita akhirnya dia pun lulus sidang dengan nilai sangat memuaskan.
Kini, dia pun telah lulus dengan menyandang gelar sarjana. Namun, setiap kali dia melihat ijazahnya, hati kecilnya selalu menolak. Seakan-akan dia diingatkan bahwa ijazahnya itu adalah hasil dari kebohongan. Walaupun ijazahnya asli, namun terdapat kebohongan di dalam prosesnya.
Begitulah kebohongan, bisa jadi mungkin banyak orang yang dapat dibohongi, namun tidak dengan hati kecilnya sendiri. Dan, begitulah manusia, dia bisa menipu dan membohongi siapa saja yang dia kehendaki, namun tidak dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Simaklah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya: “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 9).
Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dengan perbuatannya itu mereka telah menipu orang-orang yang beriman dan mengira telah menipu Allah, karena mereka ragu bahwa Allah mengetahui rahasia mereka. Padahal sesungguhnya Allah mengetahui segala yang tampak dan tersembunyi.
Dengan demikian, pada hakikatnya mereka telah menipu diri mereka sendiri. Sebab, cepat atau lambat, mereka akan merasakan akibat buruk dari perbuatannya itu. Oleh karena itu, barangsiapa membohongi dan menipu orang lain, sejatinya dia telah membohongi dan menipu dirinya sendiri.

Editor : Syahrir Rasyid