get app
inews
Aa Read Next : 10 Universitas Dominasi Lolos Seleksi CPNS, Siapa Saja?

Anak Sopir Taksi yang Kuliah di Universitas Ternama AS, Inilah Kisah Ilham

Kamis, 10 Maret 2022 | 10:07 WIB
header img
Ilham Nugraha. (Foto: Dok Pribadi/DW)

Berjuang Raih Beasiswa LPDP

Walau Ilham sudah diterima secara resmi oleh pihak Cornell University dan mendapat Letter of Acceptance (LOA), ia masih memerlukan biaya untuk kuliah. Untungnya pada saat yang bersamaan pendaftaran untuk beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dibuka.

“Ada kesempatan nih, cuman yah belum pasti juga gitu walaupun saya dapat perguruan tinggi utama dunia, belum tentu juga saya bisa dapat itu. Tapi ada harapan, harapan itu yang saya pegang,” kata Ilham.

Ketekunannya membuahkan hasil. Akhirnya Ilham meraih beasiswa yang ia inginkan untuk bisa kuliah S2 di luar negeri.

“Ibu lagi nonton sinetron, saya ganggu tuh, ‘Bu, Bu, dapat nih beasiswa.’ Nah, itu baru tuh senang,” ujarnya sambil tertawa mengenang kebahagiaan itu.

“Dia bilang, ‘Pak, Alhamduilllah Aa’ lolos di LPDP.’ Wah, saya gimana ya? Enggak bisa ngebayangkan, terharu bahagia. Ya, itulah keinginannya. Dia tuh gigih sekalilah kalau pengin menempuh sekolah, ngambil s2,” cerita Iwan sambil terharu.

Walau sudah lolos LPDP, Ilham masih harus mencari biaya untuk membayar aplikasi visa. Pasalnya, LPDP baru akan mengganti pembayaran tersebut di kemudian hari.

Namun, Ilham beruntung bisa kembali dipertemukan dengan teman baik yang bersedia menolongnya.

“Saya bilangnya, saya (pinjam) dulu. Nanti ketika LPDP sudah mencairkan dananya, nanti saya bayar lagi. Nah, mereka kebetulan mau gitu, itulah yang menolong,” kata Ilham.

Beradaptasi di Negeri Orang

 

Berat rasanya bagi Iwan ketika harus melepas anaknya yang akan merantau ke negeri orang. Namun, Iwan tahu bahwa ini merupakan jalan untuk mencapai cita-cita yang akan menjadi penentu masa depan putranya.

“Aduh, enggak bisa diceritain. Saya juga bingung, sedih mau ditinggal anak sekolah. Tapi ya itu untuk masa depan dia. Yang penting, Aa’ di sana sungguh-sungguh belajar. Itu saja,” ujar Iwan sambil terbata-bata.

Walau sedikit mengalami kendala karena harus menunggu surat jaminan keberangkatan, Ilham akhirnya menginjakkan kaki di Amerika Serikat untuk pertama kalinya pada awal September 2021. Pada waktu itu sebetulnya kuliah sudah berlangsung sejak akhir Agustus. Pada waktu itu ia mendarat di kota New York, yang jaraknya sekitar 4 jam dari Ithaca di mana Cornell University berada.

Bukan arena Times Square atau patung Liberty yang ada dalam pikirannya ketika sampai di New York, tetapi adalah mencari teman yang mau berbaik hati menampungnya pada saat itu.

“Sisanya sih ya seneng. Oh, gini ya Amerika? Saat itu mungkin habis hujan, jadi rada-rada gloomy, mendung. Yah, biasalah orang pojokan bandung tiba-tiba datang ke negara orang,” ceritanya sambil bercanda.

Setelah satu hari tinggal bersama mahasiswa Indonesia di New York, ia pun menuju ke Ithaca. Lagi-lagi ia dipertemukan dengan sosok orang baik, seorang alumni ITB yang mau membuka pintu rumahnya agar Ilham bisa tinggal sementara di sana.

Ilham pun harus langsung mengejar ketinggalannya di dalam kelas dan berusaha menjelaskan mengenai situasinya kepada para dosen. Kuncinya adalah mempersiapkan diri dengan membaca bahan kuliah sebelum kelas dimulai, mempersiapkan pertanyaan, dan mendorong dirinya untuk berpikir kritis.

“Bagaimana kita mau bertanya kalau kita belum tahu apa yang akan dibahas? Nah, itu yang harus dilakukan. Baca dulu materialnya. Selain dibaca, kita komentari juga materialnya, nanti komentar-komentar yang kita keluarkan, pada saat membaca nah kita coba ajukan di dalam kelas gitu,” jelasnya.

Di luar kelas, Ilham pun ditantang untuk beradaptasi dengan budaya Amerika, khususnya dengan makanan pokok selain nasi.

“Saya dikasih kenal misalnya taco gitu. Terus dibiasakan tidak makan nasi setiap hari. Ya memang awalnya agak kaget ya di saya. Apaan ini? Ini mah bukan makanan, ini mah cemilan. tapi lama kelamaan terbiasa,” ujar penggemar opor ayam ini.

Sebagai pendatang dari negara tropis, Ilham pun kini harus bersahabat dengan cuaca yang dingin dan salju. Rasa heran pun melandanya ketika melihat warga lokal yang bercelana pendek, sedangkan ia memakai celana panjang dan baju berlapis. Ia pun belajar beradaptasi ketika menyapa dosen atau teman yang lebih tua dengan hanya memanggil nama.

“Saya butuh dua minggu baru bisa lancar manggil orang langsung pakai nama,” katanya.

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Berita iNews Serpong di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut