Berbatik dan Berkopiah di Kampus
Penampilan Ilham di kampus yang hampir selalu mengenakan batik berhasil menarik perhatian warga lokal. Bagi Ilham batik adalah salah satu caranya untuk mewakili Indonesia di negeri orang.
“Ada yang udah tahu batik duluan, ada yang nanya dulu. Itu lumayan menarik sih dan kalu misalnya ketemu orang indonesia biasanya akan langsung, ‘oh, orang Indonesia ya?’” katanya.
Setiap Jumat, Ilham juga kerap memakai kopiah sebagai persiapan salat Jumat di kampus. Kebetulan kampusnya memiliki ruangan yang dapat dipakai untuk beribadah oleh penganut agama apa pun di kampus.
“Ternyata di sini juga komunitas beragama pun diberikan kesempatan untuk melaksanakan ibadahnya. Terutama ya itu, kongregasi jumat misalnya ya, salat jumat atau salat 5 waktu, itu diberikan kesempatan. Jadi saya senang banget,” kata Ilham.
Aktif di Kampus
Selalu aktif berorganisasi saat masih di ITB dulu, kini Ilham juga aktif di kampus Cornell. Ia terlibat sebagai asisten riset dalam lembaga The Worker Institute (TWI) di Industrial and Labor Relations, Cornell University, serta asisten dalam G20 Energy Transitions Working Group (ETWG).
Di dua lembaga tersebut, Ilham mendalami isu transisi energi serta kaitannya dengan kesejahteraan para pekerja.
“Tujuan saya untuk ikut serta di dua tempat tersebut adalah untuk belajar dan ikut serta dalam proses transisi energi hijau, namun juga perhatian dengan kesejahteraan para pekerja,” jelas Ilham.
“Harapannya apa yang saya pelajari dan hasilkan selama bergabung di dua tempat tersebut dapat berguna saat ini dengan hasil penelitian di TWI dan keputusan di ETWG, serta bisa saya bawa juga jika ke depannya mendapatkan kesempatan di ranah kebijakan publik,” tambahnya.
Viral di Sosial Media
Kisah Ilham sempat beberapa kali viral di media sosial. Salah satunya ketika ia mencuit di Twitter tentang kondisi ekonomi keluarganya, profesi ayahnya sebagai sopir taksi online, serta pendidikan yang selama ini bisa ia dapatkan berkat beasiswa BIDIKMISI dan LPDP, hingga kini tengah menjalani pendidikan S2 di Cornell University.
Menurutnya, “kalau tanpa BIDIKMISI dan LPDP, pendidikan tinggi hanya ada di angan.”
“Saya dari kalangan menengah ke bawah. Saya enggak bisa meng-klaim bahwa saya orang ekonomi bawah banget gitu, karena saya masih bisa mendapatkan akses informasi, masih bisa ya, hidup seperti biasanya. Tapi pas gitu,” ujar Ilham.
Tak lama setelah itu, kisah Ilham dan ayahnya kembali viral di media sosial saat seorang penumpang taksi Iwan mengunggah fotonya yang tengah berada di dalam taksi Iwan, sambil mencuit tentang betapa bangganya Iwan akan sang anak yang sedang kuliah di Cornell University.
Tidak hanya itu, kisah perjuangan Ilham untuk menempuh pendidikan tinggi hingga S2 di Amerika pun ikut diceritakan kembali oleh menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sebuah unggahan di Instagram.
“Sebetulnya, tanggapan saya cukup kaget karena di-notice oleh menteri,” tanggap Ilham.
Sebercak harapan pun muncul dalam benaknya, yaitu semoga apa yang ia alami, yaitu “mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan tinggi, dapat dialami banyak orang.”
Ilham pun berharap ceritanya ini bisa “memperluas kesempatan bagi masyarakat kalangan ekonomi menengah ke bawah untuk mendapatkan pendidikan tinggi.”
Tidak hanya itu, berkaca kepada profesi sang ayah, Ilham juga memiliki harapan khusus, yaitu agar “orang-orang yang bekerja sebagai ‘mitra’ atau tidak terikat perjanjian kerja seperti ayah bisa mendapatkan kondisi pekerjaan yang lebih baik.”
Kepada teman-teman yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi namun memiliki keterbatasan ekonomi, Ilham mendorong untuk mencoba mencari kesempatan dan selalu proaktif dalam mencari informasi. Salah satunya di media sosial.
“Jadi Instagram, Twitter pun suka ada akun yang membagikan informasi beasiswa, meskipun memang enggak lengkap, karena ya mereka hanya menyebutkan beasiswa itu. Berarti itu tugas kita untuk mencari tahu lebih lanjut,” jelasnya.
Sebuah peribahasa dalam bahasa Sunda yang mengatakan, “mun keyeng tangtu pareng,” selalu menempel di kepalanya. Artinya, kalau bersungguh-sungguh pasti apa yang dicita-citakan akan tercapai.
“Kalau bersungguh-sungguh pasti ketemu,” jelas Ilham.
“Sungguh-sungguh cari informasi, kalau enggak ketemu, cari lagi ke tempat yang lain,” tambahnya.
Rencananya setelah menyelesaikan studi S2 di Cornell University, Ilham ingin melanjutkan studi S3. Adalah harapannya untuk bisa kembali memperoleh beasiswa dan bisa kembali masuk universitas Ivy League. (*)
Editor : Syahrir Rasyid