get app
inews
Aa Read Next : 10 Universitas Dominasi Lolos Seleksi CPNS, Siapa Saja?

Anak Sopir Taksi yang Kuliah di Universitas Ternama AS, Inilah Kisah Ilham

Kamis, 10 Maret 2022 | 10:07 WIB
header img
Ilham Nugraha. (Foto: Dok Pribadi/DW)

Jadi dan Cari Orang Baik

Ilham kecil digambarkan oleh Iwan sebagai sosok anak yang “rajin, pintar,” “nurut sama orang tua,” dan memiliki cita-cita yang tinggi.

“Dia pintar, sebelum sekolah juga rumah dicoret-coret sama spidol, saya biarin saja. Lalu masuk TK bisa baca nulis (diajari) sama ibunya.” kenang Iwan.

“Di SD tuh dia penginnya nomor 1,” tambah pria berusia 60 tahun ini.

Untuk jadi nomor 1, Ilham melakukan berbagai upaya, termasuk berteman dengan orang-orang baik yang bisa membantu dia memahami pelajaran.

Seperti cuitannya di Twitter, “Jadilah orang baik, carilah teman orang baik, cari jaringan orang baik. Mereka akan membantu kamu,” Ilham mengaku mendapat kesempatan tambahan dari orang-orang baik.

“Saya numpang ke rumah teman, buat numpang internet. Numpang ke rumah teman buat belajar bareng. Jadi dengan seperti itu, saya bisa meng-cover apa yang tidak bisa saya dapatkan atau disediakan oleh orang tua karena keterbatasan ekonomi,” jelasnya.

 

Bertekad Kuliah

Setelah lulus SMA, Ilham mengaku sempat ragu apakah ia harus langsung bekerja atau meneruskan kuliah. Namun ia menyadari, jika ia langsung bekerja, ia mungkin tidak bisa “membawa nilai bagi keluarga” ke depannya.

Akhirnya, ia bertekad dan memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah, walau masih harus memikirkan biaya.

Namun, orang tua Ilham juga berpesan untuk mencari yang bisa “kahontal” atau yang bisa terjangkau. Ketika itu Ilham mengikuti SBMPTN dan mendaftar ke SBM (School of Business and Management) Institut Teknologi Bandung, serta jalur mandiri UGM jurusan Hubungan Internasional.

“Alhamdulillah, dua-duanya keterima. Cuman ya di situ, waduh, gimana ini? Saya sebagai orang tua enggak memperlihatkan,” cerita Iwan.

Tangis bahagia sesaat mewarnai keluarganya. Tak pernah terbayangkan oleh Iwan bahwa putranya bisa diterima di universitas-universitas berprestasi di Indonesia.

“Enggak kebayang, yang penting anak saya bisa sekolah, kuliah,” ujar Iwan sambil mengusap air mata.

Tetapi, setelah tahu dirinya diterima di universitas, lagi-lagi Ilham diingatkan akan tantangan biaya kuliah yang cukup besar. Mengingat kondisi finansial keluarganya, Ilham pun tidak putus asa mencari solusi untuk mengejar cita-citanya, tanpa harus membebani orang tuanya.

“Saya nyari-nyari caralah. Kebetulan warnet udah dimana-mana jadi ya bisa lewat warnet juga saya cari-cari ya, ya istilahnya kita kan googling gitu ya, gimana caranya (dapat) beasiswa segala macam,” cerita Ilham.

Ia pun lalu mencoba mendaftar program beasiswa pemerintah BIDIKMISI, yang ditujukan kepada calon mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi, namun memiliki potensi di bidang akademik. Tak disangka, Ilham pun berhasil mendapat beasiswa penuh BIDIKMISI dan bisa resmi kuliah S1 pada tahun 2017.

Mengingat rumahnya jauh dari kampus, Ilham memutuskan untuk mencari tempat kos yang lebih dekat agar bisa fokus pada kuliahnya. Sebagai bagian dari dana beasiswanya, ia mendapat uang saku kurang dari 1 juta per bulan untuk biaya hidup.

“Waktu itu, pihak kemahasiswaan ITB bikin kajian. Jadi anak-anak ITB itu minimal kalau mau hidup layak dalam tanda kutip, butuh lebih dari 1 juta rupiah per bulan,” jelas Ilham.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Ilham pun berusaha mencari pekerjaan sampingan untuk membantu riset beberapa dosennya sebagai pendapatan tambahan.

“Dan kalau ada acara tuh, acara-acara di ITB kan suka ada makan-makan ya, nah saya ikut makan aja di situ,” kenang Ilham sambil tertawa.

Sebagai penerima beasiswa BIDIKMISI, tentu saja Ilham harus mempertahankan nilainya di kampus. Walau mengaku sempat “keteteran” di awal, Ilham juga diminta ikut aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yang harus ia laporkan setiap semester kepada direktorat kemahasiswaan, sebagai persyaratan beasiswanya.

Berbagai tantangan yang ia hadapi untuk bisa kuliah memang membutuhkan pengorbanan. Ilham mengaku harus mencuri-curi waktu untuk istirahat, di sela-sela kuliah, mengerjakan tugas, dan penelitian.

“Proses ini jadinya cukup melatih saya juga untuk bertahan di tengah keterbatasan yang ada. Jadi di tengah banyaknya keterbatasan, saya masih bisa untuk berkembang. Nah, itulah yang saya pelajari,” katanya.

Masa kuliah di ITB pun tidak Ilham sia-siakan. Ia bergaul dengan para akademisi di ITB, sebagai bekalnya dalam meraih mimpi untuk “memajukan kebijakan Indonesia.”

Editor : Syahrir Rasyid

Follow Berita iNews Serpong di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut